Dua Pasang Hati

Selasa, 04 Agustus 2015 - 10:11 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Siang itu, dokter kandungan tertampan se-Jakarta itu sedang sibuk-sibuknya meladeni pertanyaan dari caloncalon dokter di salah satu universitas terbaik di ibukota.

Banyak dari mereka terkadang menanyakan hal-hal yang sebetulnya tak ada hubungannya dengan pelajaran yang baru diberikan. Dan, tetap dengan nada dingin ia hanya mengingatkan satu nasihat. “Sebagai seorang dokter, kalian harus fokus dalam pelajaran biar teori maupun praktek. Jadi saya harap, nggak ada lagi pertanyaan yang tak berhubungan dengan pelajaran yang barusan saya berikan. Selamat siang, dan terimakasih.” Begitu kalimat akhir yang disampaikan si dokter ganteng itu.

Alih-alih sebal pada dokter itu, mahasiswa perempuan itu malah bersorak senang dan tersipu malu saat pandangan sang dokter menyapu ke mereka. Tepat pukul setengah tiga sore, sang dokter yang bernama Keenan itu, mengakhiri presentasinya, namun bukannya kembali ke rumah sakit segera, mahasiswa perempuan malah menghalangi keinginannya, dan mengajaknya foto bersama. Keenan udah nggak punya pilihan lain, selain menuruti keinginan mereka.

“Makasih ya Dokter Keenan…” ucap Sissy, salah satu mahasiswa perempuan berparas Tionghoa. Saat Keenan menatap matanya, gadis itu tersipu-sipu. Mengingatkan Keenan akan kenangannya saat masih bersama Feli. Itu sebabnya, Keenan akhirnya tak membalas senyuman Sissy, lalu memilih pergi dari sana.

Beberapa jam kemudian, Keenan mendapati ruang tunggu di depan ruangannya sudah penuh dengan ibu-ibu hamil beserta suaminya. Mereka nampak begitu sabar menunggu kehadiran dokter ganteng tersebut. Begitu mereka melihat batang hidung Keenan, mereka memasang senyum terbaiknya. “Dokter Keenan, apa kabar?” sapa suami salah satu pasien Keenan, beliau ini merupakan pemilik stasiun TV nasional Indonesia.

“Baik, Pak. Bapak gimana kabarnya?” balas Keenan ramah, cowok itu tersenyum. “Puji Tuhan, baik, Dok. Begini, saya ingin mengundang Dokter Keenan untuk jadi narasumber acara kami, hari Jumat nanti. Apa… Dokter Keenan ada waktu?” Keenan tampak menimbang-nimbang sebentar, tetapi kemudian ia menyetujuinya. “Terimakasih Dokter Keenan. Senang bisa meluangkan waktunya untuk televisi saya.” Bapak tersebut kembali menjabat tangan Keenan. Sejurus kemudian, Keenan merasakan handphone-nya bergetar.

Ia pun segera memalingkan tubuhnya, lalu menerima telepon. “Kenapa?” sahut cowok itu. “Kak, ntar malam kita makan bareng. Ok?” “Ok.” Keenan dengan cepat, mematikan teleponnya, meski dalam benaknya ia bertanya ada apa hingga adiknya bisa mengajaknya makan malam bersama? “Jadi, lo sama Panji berantem… gara-gara gue, Vin?” tanya Lara tak percaya. Cowok itu hanya manggutmanggut saja, setelah Gavin menjelaskan semuanya pada Lara, saat perjalanan pulang di mobil.

Seperti yang sudah dijanjikan Lara, malam ini ia akan makan bersama Gavin dan ‘seseorang’ yang katanya orang yang sangat penting bagi kehidupannya. Lara tersenyum kecil, saat Gavin bilang kalau ‘seseorang’nya ini merupakan rolemode dalam hidupnya. Dari tampang Gavin, mata cowok itu terlihat berbinar-binar saat menceritakan sosok ‘seseorang’ ini. Bisa dibayangkan sosok tersebut pasti adalah orang yang tangguh, baik, dan sangat penyayang.

Lara lagi-lagi hanya mengurai senyum, lalu bergumam, “Lo beruntung banget ya, bisa punya seseorang kayak role-mode lo itu. seandainya role mode gue nggak pergi gitu aja…” lirih Lara sedih, otomatis pikirannya memutar memori indahnya saat sang ibu masih ada di sampingnya. Cowok berkacamata bening nan tampan itu kembali mengacak rambutnya, lalu beralih menggenggam tangan Lara lembut.

Pandangan mata tak lepas satu dengan yang lain, Gavin lebih dulu memajukan wajahnya lekat-lekat pada Lara. Sementara gadis itu hanya membeku, ditatap oleh kedua mata tulus Gavin.

“HUAAATCHIII!” Tiba-tiba Lara memalingkan wajahnya, hidungnya terasa gatal sampai bersin. Gavin sontak mengalihkan pandangannya ke arah lain, sedangkan Lara sibuk mengambil sekotak tisu di samping kanannya, lalu mengelap hidungnya. “Hhh… sori, Vin… gue…” “Nggak apa-apa. Gue lupa juga kalo lo kurang fit belakangan ini,” senyum cowok itu dengan sabar. (bersambung)

Oleh:
Vania M. Bernadette
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0989 seconds (0.1#10.140)